Rabu, 17 Desember 2008

Kesadaran dari Tukang Bubur Ayam

Disebuat sudut dekat gedung Landmark di Jalan Jend Sudirman, tukang bubur ayam mengajarkan tentang peduli lingkungan. Jauh sebelum Al Gore berkoar-koar tentang kebenaran yang menakutkan dalam film dokumenternya, Bang Ade - sang penjual bubur- sudah menyadari bahaya global warming.

Setiap ada pelanggan yang mau take-away pesanannya, bang Ade selalu bertanya, mau sytrofoam atau bungkus kertas?. Keputusan yang sangat bijak pikir saya, karena pelanggan Bubur Ayam Bang Ade selalu menyemut tiap pagi, bahkan mereka harus rela menunggu sampai setengah jam lamanya agar dapat dilayani. Kalau ia menggunakan pembungkus styrofoam saja, tentunya ia menjadi penyumbang sampah -yang tak dapat terurai selamanya itu- dengan jumlah yang cukup signifikan tiap harinya.

Mungkin Bang Ade tahu kalau es di kutuh utara mulai mencair, dan styrofoam bukanlah sebuah pilihan bijak untuk membungkus buburnya yang lezat. Hebat, pikir saya, salut buat penjual bubur ayam yang ternyata wawasannya tidak terbentur pada suwiran ayam, lada, dan bawang goreng. Saya pun tergelitik untuk bertanya kenapa dia bisa sangat peduli dengan lingkungan, padahal styrofoam tentunya lebih praktis dan tidak mahal. Saat seorang pengunjung memesan untuk dibawa pulang dan Bang Ade menawarkan pilihan kertas makanan atau styrofoam, saya pikir saat yang tepat untuk mendengar pemikiran hebat tentang lingkungan hidup dari seorang tukang bubur, saat akan membuka mulut untuk bertanya, salah satu pengunjung yang datang berdua tadi bertanya pada temannya, kenapa tidak pakai styrofoam, sedikit kesal saya memandang wajah orang tersebut, lalu Band Ade pun menjelaskan bahwa wadah styrofoam terlalu kecil untuk menampung kerupuk dan emping yang menggunung.
Saya pun langsung speechless, ternyata alasannya jauh dari issue2 tentang global warming.
Tapi ya sudahlah, lagipula tidak butuh alasan macam-macam apalagi yang berbau heroik seperti penyelamatan lingkungan untuk sesuatu yang sudah baik adanya

Minggu, 14 Desember 2008

Before You Say : I Quit...

People come and go, and only some of them stay in your heart forever. Mungkin istilah yang tepat bila saya bawa kalimat tersebut ke dalam konteks pekerjaan. Banyak orang keluar masuk dalam suatu perusahaan dan hanya sedikit yang bertahan hingga pensiun. Mungkin karena itu juga sebuah perusahaan boleh berbangga bila banyak karyawan yang betah. Apalagi bila karyawannya puas dan bangga serta dapat membangga-banggakan perusahaan tempatnya bekerja kepada sanak-saudaranya. Tapi jangan salah, Rene Suhardono pernah bilang : zaman sekarang orang tidak lagi loyal kepada perusahaan, tetapi pada profesi. Jadi kecuali seperti generasi ayah-ayah kita yang bekerja di Pertamina dan bangganya luar biasa, semakin kesini sudah jarang orang membela mati-matian tempatnya bekerja. Mereka lebih mementingkan karier profesionalnya dibanding tempat kerjanya. Seorang akuntan akan tetap jadi akuntan meskipun sudah 7 kali keluar masuk bank yang berbeda. Seorang wartawan akan selalu jadi wartawan meskipun dia bekerja di 3 majalah yang berbeda sebagai freelancer.

Lalu apakah resign menjadi sesuatu yang biasa saja dewasa ini?Alasan karyawan untuk resign atau mengundurkan diri atas dasar keinginan sendiri menjadi sangat subyektif, saat seseorang resign tidak serta merta yang lain beranggapan pasti dia resign karena tidak cocok dengan gaji, atau dengan kebijakan manajemen atau tidak suka dengan cara kerja di perusahaan tersebut. Mungkin ada juga yang beranggapan "you'll be sorry to leave this company, this is one hell of a company..."
Seorang teman datang kepada saya dan menyatakan ketidaksanggupannya untuk bertahan diperusahaan tempat saya bekerja, katanya ia mau pindah ke tempat yang lebih baik. Katanya yang dicari tidak ada di perusahaan ini. Ketika saya tanya apa yang dia cari? Dia menjawab : Oil & Gas company, sambil matanya berbinar-binar betapa hidupnya akan bahagia bila bekerja disana. "Pokoknya udah paling the best deh klo gue bisa tembus ke Oil & Gas" katanya. Saya rasa pertanyaan saya tentang apa yang dia cari tidak terjawab & I think, there's no such thing as the best company. Yup gak ada itu...Siapa yang bisa menjaminAnda akan bahagia bila bekerja di perusahaan X?. Kebahagiaan dalam hidup tidak selalu datang dari hal-hal yang dapat dilihat atau dihitung, begitu juga dalam perusahaan. Banyak dari kita yang membayangkan enak juga kali ya bisa kerja di perusahaan consumer goods yang produk pasta giginya dipakai hampir semua orang di Indonesia itu, yang punya mini gym, day care centre, dengan bonus tahunan yang jumlahnya spektakuler. Tapi salah satu kolega pernah bilang bahwa kerja disitu tidak seenak yang dibayangkan, "ribet lagi, politiknya, orang-orangnya, temen gue sampe resign tuh" wah-wah...
Setelah saya merasakan bekerja dan resign lalu bekerja lagi - walaupun baru di beberapa perusahaan - saya rasa yang membuat seseorang betah di satu kantor itu sangat multi faktor. Juga, hal yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti, sangatlah beragam. Saya pernah membaca email berantai yang kebetulan isinya menarik, disitu dikatakan bahwa faktor utama seseorang resign bukanlah masalah besarnya gaji, atau jam kerja yang panjang atau kebijakan perusahaan yang berbelit-belit, atau bahkan politik kantor yang kejam. Tetapi yang utamanya adalah faktor lingkungan terutama Bos yang tidak simpatik, atasan yang galak yang membuat seorang karyawan tidak betah bekerja. Well, lagi-lagi menurut saya itu sangat multifaktor, bisa jadi benar, bisa jadi juga tidak. Apakah bos yang super baik didalam company yang nyaris bangkrut bisa membuat seorang karyawan tidak segera resign demi menyelamatkan kariernya?. Yang saya tahu, lingkungan memang punya peranan penting, bahkan sangat penting dalam karir seseorang. Saya tidak mengatakan ini tanpa sebab. Karena saya pernah merasakan dan mendengar cerita dari teman-teman juga betapa lingkungan yang akrab, dan penuh kekeluargaan membuat seseorang lebih nyaman bekerja. Jangan tanya soal persaingan, saking senangnya bekerja, sampai lupa kalau kita bersaing satu sama lain. Disini peran atasan langsung sangat penting, Bos harus bisa memotivasi karyawannya (catat : motivasi tidak selalu dengan uang, jabatan dsb). Bos yang tenang, bisa mengatur emosi, menghormati karyawannya dan tegas namun fair adalah bos yang akan dihormati karyawannya. Intinya satu nih bos, you have to manage ur subordinants to respect you than to be scared for you. Seorang karyawan yang punya hubungan tidak harmonis dengan rekan kerja lainnya biasanya tidak akan cepat memutuskan untuk resign bila ia mempunyai hubungan yang baik dengan bos-nya.

Gaji atau Reward?
Ini dia nih, yang sering jadi polemik. Sering kita dengar "gue mau resign aja ah, gue dapet tawaran kerja dengan gaji yanglebih gede di perusahaan sebelah". Mungkin banyak yang mempersoalkan gaji sebagai alasan seseorang resign dari kantor, tapi apakah benar gaji besar bisa membuat seseorang tidak akan lari?. Di zaman materialistis seperti sekarang, gaji memang penting, simply karena memang kita harus hidup dan hidup itu butuh listrik, butuh makan, butuh internet, butuh travelling, dan segala kebutuhan lainnya yang semakin boros. Tetapi banyak yang lupa bahwa yang menggaji Anda adalah diri Anda sendiri (entahkenapa kalo dibawakan dengan gaya Mario Teguh kalimat ini akan terasa lebih dahsyat). Yupe lagi-lagi kata Rene : You Eat What You Kill. You deserve to get the reward if you performed well and done the job exceptionally. Sayangnya banyak orang yang mengeluh, Gillaaa gue kerja udh mati-matian tapi gaji segini-segini aja, tanpa melihat lebih dalam apakah dia sudah melakukan kontribusi yang signifikan bagi perusahaan. Cari deh perusahaan yang memberi Reward yang baik instead of perusahaan yang memberi gaji and that's it. Reward yang paling sederhana adalah pujian, lebih jauh lagi bisa berupa insentif, performance-based bonus, kenaikan gaji, atau pun kesempatan untuk meraih tangga karir yang lebih tinggi yang sudah dipersiapkan dengan jelas. Bila perusahaan anda pelit memberi insentif atau bonus, jangan langsung resign, lihat career laddernya, lihat reputasi perusahaan anda, apakah ia cukup diperhitungkan di industry sejenis? apakah ia rajin memberi training? apakah ia peduli dengan career development para karyawannya?. Kadang reward yang kita terima tidak langsung terasa manfaatnya sekarang, tapi dimasa mendatang

My point of view about COMFORT ZONE
Banyak orang yang bilang kalau anda sudah merasa sangat nyaman dengan pekerjaan sekarang, merasa sudah expert, lingkunganmenyenangkan, jarang mendapat masalah, anda sedang berada dalam bahaya bernama Comfort Zone. Cepat-cepatlah cari tantangan baru dengan mencari kemungkinan untuk pindah bagian yang lebih menantang atau anda akan 'stuck' disana selamanya, mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi rutinitas yang lama-lama bisa membunuh motivasi anda bekerja. Well menurut saya yah, gak ada salahnyadengan comfort zone lho! Secara alamiah aja, kita lihat orang yang mudanya suka hura-hura, urakan, bergaul sebebas-bebasnya, pada akhirnya end-up berkeluarga dan mencari kedamaian dengan hidup lebih teratur. Menurut saya tidak ada salahnya kalau anda sudah menemukan comfort zone anda sekarang dan tidak berniat mencari pekerjaan atau tantangan baru lagi. Tidak usah takut, Anda tidak dalam bahaya, bahkan saya harus memberi anda selamat, karena banyak dari kita yang mendambakan pekerjaan yang lebih settle yang bisa dikerjakan dengan tenang dan tidak sampai merenggut waktu untuk kehidupan pribadi. Tetapi yang perlu anda ingat, jangan sampai semangat anda kendur, atau sedikit demi sedikit kehilangan motivasi, kalau sudah begitu anda harus membangkitkan gairah dalam kehidupan karir anda. Caranya bisa bermacam-macam mulai dari sekedar membayangkan lika-liku perjalanan karir anda hingga bisaseperti sekarang sehingga anda merasa bersyukur, ikut pelatihan dan seminar yang bisa meningkatkan keahlian Anda, sampai mengembangkan diri anda sejauh yang anda mampu kepada orang lain, misalnya membuat training kecil-kecilan untuk teman-teman kantor. Dengan kata lain Anda membuat diri Anda terus memiliki arti bagi perusahaan dan orang lain.

Tanggung Jawab is a good thing!
Seorang teman yang menyenangkan mengeluhkan betapa ia harus mengerjakan semuanya seorang diri, ia menyalahkan bos-nyayang terlalu banyak men-delegate, yang satu lagi letih karena ia melakukan sendiri pekerjaan yang harusnya dikerjakan oleh 2 orang.I tell you one thing : bila ada seseorang yang mempercayakan anda sedemikian besar tanggung jawab, you have to thank God for that. Jangan mengeluh dulu dengan tanggung jawab yang makin besar, seseorang tidak akan membiarkan anda memikul tanggung jawab yang besar bila Anda tidak dapat dipercaya. Meskipun Anda merasa diperas, di eksploitasi tenaga dan pikirannya, dont yet complain. Do you know how much respect you'd be getting from others if you're able to accomplish your complicated duties?. Percaya deh bos Anda atau klien Anda akan tambah respect sama Anda setiap kali Anda berhasil mengerjakan sebuah mission impossible yang pada awalnya Anda pikir tidak akan sanggup Anda kerjakan. So tahan dulu rengekan dan keluhan, jalani semua dengan sepenuh hati, keluhan hanya akan membuat Anda tidak ikhlas mengerjakan tugas-tugas anda. Ask not what the employer can give you, ask how much of contribution you can give to your employer, and you'll get what you deserve eventually.

You should Quit when...
OK now you're ready, surat resign sudah ditangan, anda menuju meja atasan dengan langkah mantap. Saat anda berikan resignation letter itu, Ada perasaan yang membuncah, seperti ada beban 1 ton yang lepas dari pundak Anda. Anda merasa sangat tenang dan damai seperti sedang yoga. Tapi begitu Anda menengok ke belakang, menghirup aroma ruang kantor Anda, melihat wajah-wajah rekan kerja - beberapa sudah jadi sahabat Anda, beberapa masih ingin anda tonjok - , Lukisan di pojokkan ruang, gebetan seksi di bagian akunting, sapaan ramah resepsionis...lalu Anda teringat malam-malam penuh ketegangan yang diisi dengan rapat mendadak dan lembur berkepanjangan, bos moody yang selalu menyalahkan apapun yang Anda kerjakan, makan siang di meja, file-file berantakan, internet down, rekan kerja berisik, dan anehnya...Anda tersenyum mengingat itu semua. Jangan, jangan batalkan niat anda memberi surat pengunduran diri Anda, karena selalu ada sindrom pra-resign seperti itu, dimana begitu Anda mau resign, tiba-tiba segala perasaan gundah dan stress itu tiba-tiba lenyap. Sebenarnya itu dikarenakan beban anda sudah hilang, Anda tahu Anda tidak akan bekerja lagi disana sehingga hari-hari terakhir Anda terasa sangat ringan dan menyenangkan.
Saya kasih tips ya, resign lah kalau...
1. Pekerjaan anda doesn't seem right.
Ini subyektif, seperti saya yang bersumpah tidak akan bekerja di bank di bagian credit card, alasannya karena mereka semua penipu, Ayah saya pernah terlibat hutang dan diteror oleh debt collector, menurut saya itu praktik bisnis yang kurang beretika). Tanya sama diri Anda, apakah pekerjaan ini sesuai dengan value-value yang anda pegang teguh?. Karena bekerja adalah ibadah, anda harus yakin dulu dengan pekerjaan anda, kalau anda ragu, anda merasa perusahaan anda kotor? Keluarlah.
2. Pekerjaan anda mempengaruhi kepribadian Anda.
Percaya atau tidak ada pekerjaan yang merubah pribadi seseorang menjadilebih buruk. Jangan buang waktu lagi, bila anda sudah tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, anda menjadi emotionally unstable atau Anda menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya, segera hengkang!
3. Pekerjaan Anda menyita waktu Anda untuk menjalankan kehidupan pribadi.
Sorry ini hanya pendapat saya pribadi. Perusahaan mungkin senang punya karyawan workaholic, tapi bagi saya, bila sampai Anda tidak punya waktu untuk ngopi-ngopi bersama teman, atau tidak bisa melakukan hobi yang Anda suka karena harus bekerja then you should get out, get out, get out.
4. Anda memang tidak cocok dengan pekerjaannya. Mungkin memang sudah salah dari awal, Anda yang doyan ngomong tiba-tibaharus jadi pegawai bagian admin yang berkutat dengan data. Lama-lama Anda muak juga dengan angka-angka sebagai akuntan yang mendambakan kerja di bagian marketing. Yah mau bagaimana lagi, kalau anda tidak bisa nge-blend dengan pekerjaannya seperti air dan minyak, segeralah cabut, tapi ingat jangan membuat anda seolah-olah tidak cocok dengan pekerjaan anda padalah Anda sebenarnya mampu, hanya saja Anda manja. Kenali dulu potensi diri, percuma kan banyak tes-tes penelusuran minat dan bakat di luar sana.
5. Tawaran yang lebih baik ditempat lain. Tapi Anda harus ingat, pekerjaan bukanlah karir, karir adalah serangkaian jejak perjalanan yang Anda torehkan di dunia kerja , dan pekerjaan hanyalah alatnya. Pikir lebih jauh lagi apakah memang tujuan anda berkarier memang selayaknya membawa Anda ke tempat baru itu?. Apakah sesuai dengan career path yang anda jalani atau malah melenceng? Kalau melenceng, apakah melenceng untuk yang lebih baik atau tidak? Apa yang kira-kira dapat Anda raih di tempat baru tersebut. Sebelum memutuskan pindah ke tempat yang lebih baik, Yakinkan bahwa tempat itu memang lebih baik - untuk siapa? - Untuk karier Anda tentunya.

The Grass is always Greener on the other Side
Sampai kapanpun, rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Perusahaan tetangga di gedung sebelah selalu terlihat lebih menarik. Itu karena kita melihatnya dari jauh. Faktanya setiap perusahaan mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri, salah-salah bukannya lebih nyaman, bisa jadi perusahaan yang kita idam-idamkan ternyata lebih buruk keadaannya dari kantor lama. Kalau sudahbegitu penyesalan akan terjadi belakangan. that's why there's no such thing as the best company, yang ada adalah the best company for yourself yang artinya buat sebagian orangperusahaan tempatnya bekerja bisa jadi tempat yang terbaik baginya dan akan ditempati selama mungkin ia mampu. So before you say I Quit...think again about it.

Ayam Goreng Kampung: WARISAN Ibu

Itulah nama lengkap restoran yang terletak di pinggir jalan Wolter Monginsidi, Jakarta selatan ini. Dari sekian banyak restoran besar-kecil, murah-mahal, enak-biasa aja, Warisan(begitu biasa disingkat) cukup mencuri perhatian saya yang selalu craving for local food. Didukung nama besar koki Rudi Choiruddin sebagai salah satu owner, rasa penasaran saya makin menjadi-jadi untuk segara melahap menu-menu yang disediakan Ayam Goreng Kampung Warisan Ibu. Dari luar ada pemandangan yang cukup unik, yaitu peletakkan dapur di depan restoran yang semi terbuka, apa ini salah satu warisan Ibu moyang kita yang mengajarkan sebaiknya dapur diletakkan di bagian depan rumah? Kurang tahu juga ya, yang pasti untuk anda yang gila hygiene, kuat-kuatin hati supaya gak ilfeel. Buat saya sih gak masalah makanan yang baru dimasak terkena sedikit angin sepoi-sepoi jalanan yang sering dilewati Kopaja, yang penting masakand atang dalam kondisi matang sempurna dan... enak! hahaha...
Segera saja menyisir menu yang disodorkan, rata-rata masakan Indonesia dari tanah Sunda dan Jawa seperti Gurame goreng dengan macam-macam saus, sayur asem, tahu telur, dan tentu saja Ayam goreng kampung. Seperti tulisan awal di blog ini bahwa saking beragamnya jenis masakan Indonesia, menu sederhana seperti ayam goreng jugabisa tampil beda, hayo tebak karena apa ia bisa tampil beda? Karna sambel nya?
Yak seratus buat anda.
Disaat hujan rintik-rintik menghiasi, saya putuskan untuk memesan gurame goreng dengan 2 sambal : Warisan, dan Penyet. Ternyata well done sodara-sodara. Disini sambalnya memang menggugah selera, you name it, mau sambal Warisan Ibu, sambal penyet-penyetan, dan lain-nya dibuat dengan presisi tinggi menggunakan bahan baku segar. Mungkin tidak sepedas yang anda mau, tapi pastinya menerbitkan selera! Kalau Andabelum pernah coba, saya harus mengasihani Anda, karena Ikannya digoreng kering pas dan sambalnya tidak perlu diragukan lagi. Sambal penyetnya bernuansa terasi dan sambal warisannya pedas-gurih bergaya padang di siram hingga menyelimuti ikan gurame (siapa yang tak tertarik melihatnya). Mungkin seorang koki sebesar Rudi menyadari, bahwa tidak ada yang lebih nikmat dari masakan Ibu sendiri, dan sejago-jagonya seorang koki, siapa yang tidak kepincut dengan nostalgi makanan rumahan yang meskipun sederhana tetapi selalu menggugah selera. Menu lain seperti sayur asem tampil manis dan segar dengan bumbu yang aduhai, Tahu telur-nya juga bisa diadu dengan restoran besar yang lebih dulu terkenal dengan tahu telurnya yang menurut saya lebih mantap di Warisan karena tidak terlalu manis. Minuman-minuman khas Indonesia juga hadir dan layak dicoba, seperti es podeng, es cendol, es tape dengan sirup coco-pandannya yang segar dan unik, serta aneka juice, semua dibuat dengan serius. Bila tempatnya direnovasi sedikit, dan kapasitas ditambah, saya rasaSate Khas Senayan harus siap-siap tersaingi :-).

Kamis, 23 Oktober 2008

Passion VS Paycheck

Many people got "slapped" on the face since the "Lentera Jiwa" episode came out in Kick Andy Show, including me!. People are questioning (again...) is this the kind of life that I want? Is this the job that I really like? that I really want to do for the rest of my life?. Why do I feel very comfortable about what I do for living, I have the skill, the power, and barelly have challenges left...and the scary part popped into our mind = What is my contribution to the world?.

Phew, that last question is quite hard to answer, since not everyone is doing something for world peace, or to stop whale hunting, and making miraculous descision to end the middle-east fight.

So let me get back to me, since this is my blog ya...I haven't been really the kind of person who chase my dream of having an off-mainstream job, living in an almost too good to be true life. Well, who wouldn't want to be a famous singer-song writer who sold millions of records, who lives by the beach, surf everyday, having coconut pudding, and mango smoothies for breakfast like Jack Johnson? Boy, what a life! Not only he can do things that he really likes, he also made contribution to environment, making song about recycle and stuff & even his environment fund-raising campaign went well.

No matter hard I wish, I'm still just a regular guy, living in a big city, doing account management in Advertising Agency for living, not listed in any environmental organization, doesn't care about urban people social problem ( because thinking about my OWN social problem is quite distracting). All I know is that I gotta find a job to survive this mean world, to pay my shitloads of bills, to have fun sometimes, and thats it.
What do I know about passion? I am just too scared to go with my passion, since It may not seem real. Am I a coward! Yep, I chose to be this ordinary because I'm scared to be edgy.

I hate risks.

So Advertising is not my passion? Unfortunately yes. I've this 'thang' for advertising. I dont know why, but it seems like such fun (until i worked and felt the stress). But the road wasn't always smooth. Before I'm in the game, I was held up as a customer service officer in an express shipping company, boy! I had a handsome living. They have this incentive scheme which made paycheck doubled up or even tripled every month!. But then under the name of "passion" and "comfort zone", I had an affair with the HR Dept of a prominent Advertising Agency. I had the "oh-god-thank you-thank you" moment when I finally got the job. I thought yupe, my Kick Andy moment has finally arrived.
Or soo I thought, after really jumped in to the industry, I like it, it's very dynamic and fluid and also full of areas to be creative -even in Client Servicing - but, the enjoyment cant cover my being stressed when I realized that I really have to cope-up with the salary.
It's not like is not that good, it was not bad actually, but my previous job made it clear that I was living a manager's paycheck though I'm only the smallest fish in that pond. I even managed to get me a crib - though just a tiny one - but my lifestyle is turning upside down when I started to pay for my mortgage. Really, I hardly could make ends meet. I cant buy things or do stuff that I can usually do without hesisating whether I have enough cash or not.
So I guess, following your passion doesn't necessary mean that you can get a pretty pay check. I begin to questioning again about that passion, the guide to your soul that makes you really want to live this life. I thought what a crappy concept!.
Yup thats the end of my writing. I know it's crappy, as crappy as what I've explained, maybe crappier, or even the crappiest crapp you'll ever read in your crappy-crappy life

Kamis, 09 Oktober 2008

REGAL COFFEE FACTORY

Sebenarnya saya tidak terlalu doyan ngopi, karena entah mengapa selalu membuat perut terasa tidak enak sesudahnya (mungkin bukan salah kopinya, tapi karena kebanyakan rokok yang selalu hampir selalu menyertai ritual minum kopi, sehingga membuat saya mual...). Tapi yang pasti, tempat ngopi baru selalu menggelitik rasa ingin tahu saya, tidak selalu karena kopi-nya, bagi saya yang "suasana" oriented, sekadar duduk-duduk sambil leyeh-leyeh di sofa sudah cukup membuat senang.

Motivasi itu juga-lah yang melabuhkan saya di Regal Coffee Factory di Pacific Place Mall, disuatu sore yang cerah...Karena bosan dengan kopi yang menurut saya 'begitu-begitu' saja, akhirnya saya mencoba icip-icip hidangan beratnya. Pilihan jatuh pada Turkey sandwich dan Nasi Goreng Kampung, di tutup dengan a simple Chocolate Cake. Sempat muncul keraguan apakah sebuah coffee shop mampu menyajikan hidangan yang memuaskan diluar 'specialty'nya.

Pelayannya cukup helpful dan yang saya suka, saat ditanya lebih enak mana chocolate cake dengan chocholate mousse, dia menjawab : "saya lebih suka chocholate cake...!", saya senang mendengarnya dibanding bila ia menjawab "semua yang disini enak2 mas.." hahaha...



Turkey sandwich-nya tampil cukup sederhana dengan setumpuk potato chips sebagai alternatif dari kentang goreng. Dari gigitan pertama basically rasanya berpadu cukup harmonis, tidak greesy, segar dengan potongan lettuce dan tomat, serta gurihnya cheddar cheese dan tentunya tekstur turkey ham-nya yang pas, tidak over-cooked, cukup menyenangkan buat saya, meskipun kurang mengenyangkan.







Kemudian datang nasi goreng kampung yang tampil cukup malu-malu kalo tidak mau dibilang porsi diet...dilengkapi dengan ayam goreng dan telur mata sapi, entah kenapa ada embel-embel "Kampung", karena menurut saya rasanya lebih mirip nasi goreng jawa yang sarat terasi...Nasinya sendiri pas, tidak pulen, terasi-nya sedikit kebanyakan tapi masih bisa diterima. Ayam gorengnya gurih dan crunchy diluar namun empuk di dalam. Seandainya porsi nasinya ditambah sedikit lagi, saya tidak perlu mampir ke Mc Donald's karena masih kelaparan...



Penghibur hati saya yang sedang gundah pun datang terakhir, simple Chocholate cake yang juara, tidak terlalu manis, tidak terlalu moist, coklatnya pun terasa pahit-pahit sedikit, dan sponge cake yang terdapat di lapisan dalamnya juga menambah kekayaan tekstur dan rasa this chocholate cake yang baru saja menjadi 'comfort food' saya yang baru, suap demi suap pun berlalu, tak terasa cake-nya habis tak bersisa, begitu pula ke-gundahan hati saya.

Pacific Place Mall, 5th floor # 5-10, Kawasan SCBD, Jl Jend Sudirman Kav 52-53

Selasa, 07 Oktober 2008

watch watching : Hot Offer everyday at Melawai




A few days before Lebaran, I bought a watch at Melawai... Many people told me I should go there to get cheaper price, well, I have to say : the offer was Krraazzzy!


I was prepared to hunt a Fossil watch that I fell in love with, after some research to a shopping mall and browsing around at jam-tangan.com I had the price platform on my head,


it was possible enough to get 30% less of official price in Melawai. So I wandered around had my eyes set for the Fossil watch I wanted badly, I had 2 choices but they're at the same price. The price at jam-tangan.com was actually cheaper than the official price, But you could get it +/- 20% less. It was not that hard to find a desired item, especially the ones that's just been released, while back-dated stuffs are quite hard to find, so you better rushed over to Melawai as soon as the watch u wanted hit the store shelves.

So when I thought i was sooo going to get that Fossil watch, I got strucked by the quite stunning Swiss Chronomaster watch, it has black rubber, not so big but just the right size for me and fit my wrist perfectly,

at first I hesitated because it wasn't leather, but my friend told me that after time. leather could cause disctintive smell, rubber on the other hand - because it's synthetic - wont. Actually what really dragged me is the price! The guy opened up by 650K - by that time I didn't aware the jam-tangan.com price so I bargain to 300K , and I got laughed at, he looked at me and said : 400K, final!, I was quite shocked but i didnt stop bargain, and finally we had an agreement for 375K! When I got back home, i checked on jam-tangan.com and their price is 561K. WOW, I even get 30% less of their price in Melawai. This is maybe one of the most worth to buy item I've ever had in my life (along with 65K pants at (x)sml sale, the 45K each long-sleeve shirts at Executive shop in Pekanbaru and a 35K t-shirt i bought in a distro in Jakarta haha3x, we'll talk about my hunting frenzy for cheap stuffs across Jakarta later on...). Meanwhile, I'm planning to get my delayed Fossil watch anytime soon...so stick around, Melawai here I come!....

Rabu, 24 September 2008

PAYON - Authentic Indonesian Restaurant







Bagi saya, gak ada yang bisa menandingi kekayaan masakan khas Indonesia yang seolah tidak ada habisnya untuk di-explore. Sebagai penggemar masakan Indonesiasaya tidak akan pernah bosan untuk menyambangi restoran-restoran khas Indonesia di Jakarta.Meskipun menu yang ditawarkan memiliki kesamaan satu dengan yang lainnya,tiap restoran juga mempunyai ke-khas-an sendiri.Suatu sore yang dihiasi hujan, saya terdampar di Payon, Kemang, yang mengklaim sebagaiauthentic Indonesian restaurant, apakah benar authentic?, yuk kita cicip beberapa hidangannya...


Saya merasa sangat tergugah saat pesanan mulai berdatangan. Tak sabar untuk mulai menyantapmenu-menu yang terhidang diatas piring yang terbuat dari tanah liat yang sangat Indonesia,selaras dengan bangunan restoran yang bergaya pendopo dengan kursi-kursi dan meja kayu,lampu dari batok kelapa, dan sentuhan etnis manis lainnya, semilir angin pun terasa karena langit-langityang tinggi dari bangunan semi-outdoornya.


Tertarik dengan Sayur Kecipir, ternyata rasanya sangat gurih dan segar, cocok untuk teman lauk apa saja...Udang bumbu kuningnya hadir dengan siraman bumbu kuning yang sarat rempah seperti kunyit, sereh dan bahan lainnya, rasanya unik meskipun racikan bumbu kuningya seperti kurang matang, ada Gurame Goreng Garing, yang sebetulnya biasa aja, sampai anda cocol ke sambal mangga yang dicampur sambal kecap, nendang banget!masih ada Ayam Kremes, yang "just nice", dan Iga Bakar Saus Kecap, yang passs dan juara dalamhal keunikan tekstur dengan sedikit efek gosong, dipadu dengan bumbu kecap yang membuat rasa ke'lemak'annyasemakin mantap. Untuk melepas dahaga, Es Kunyit Asem yang selalu jadi favorite saya layak dicoba,ada juga es lychee/kelengkeng yang sayangnya hanya terdiri dari sirup cocopandan buatan, cincau dan buah kalengan :-{


Overall, the food is not as good as I expected, kalau anda mendambakan masakan Indonesia yang 'nampol' maka, Riung Tenda atau Warung Anglo masih lebih baik. Namun, ambience restoran dengan taman yang luas, dan kolam-kolamikan yang menyejukkan, sangat cocok buat anda yang ingin melarikan diri dari kesibukan kawasan Kemang. Oh ya disini juga terdapat toko yang menjual camilan 'vintage' macam coklat ayam, gulali dan permen cicak yang membawa kita seperti kembali ke masa kecil.

Jl. Kemang Raya No. 17 Jakarta 12730, tel. 719 4826

Selasa, 23 September 2008

SDSB (Selamat Datang di Sayapunya Blog)

Akhirnya...setelah beberapa kali menerima cibiran karena gak punya blog, saya memutuskan untuk membuat blog!

Bukannya saya tidak suka blog atau tidak ada waktu, atau gaptek, atau tidak suka teknologi, atau sok2 tidak mau kehidupannya diketahui orang lain, atau takut blog-nya dianggap sampah, atau blog-nya tidak bisa membawa misi menginjeksi kebaikan ke dalam diri banyak orang, bukaaaan bukan itu. 
Awalnya saya tidak mau nge-blog karena merasa : yah, hidup gue juga gak menarik-menarik amat, apa yang mau ditulis juga?
Sampai pada suatu ketika, saat saya diharuskan menyiapkan riset kecil-kecilan dimana  saya harus mengumpulkan opini orang-orang tentang sebuah acara yang mana diselenggarakan  oleh salah satu kompetitor brand yang nota bene saya menjadi AE-nya sekarang (ngomong2 ini kalimat yang boros deh, ada kata-kata mubazir  yg bisa dihilangkan, tanpa mengubah pesannya...) Aniweeeyys, sejak itulah saya merasa blog telah menolong saya, karena saya gak perlu repot-repot mencari orang untuk memberikan pendapatnya, saya menemukan semua yang saya butuhkan, lebih dari yang saya butuhkan bahkan,  informasi2x tsb terhidang, dan saya dengan bebas dapat "mencuri"nya, presentasi saya ke klien-pun lebih mantap dengan adanya pendapat2x orang dari blog-blog tersebut. Pada saat klien saya tanya "ini pendapat orang dari mana? kmu wawancara orang yang dateng ke event tsb?", "tidak, ini dari blog" kata saya, dan klien saya pun diam...(tanda bahwa dia tidak ragu akan data yang saya berikan)
Ternyata blog sungguh menyenangkan, ia sangat JUJUR, apa adanya, terus terang, tidak ada sensor, tidak ada formula kata-kata yang sengaja dibuat sedemikian rupa untuk menyeret orang kepada persepsi tertentu untuk mendukung tujuan pihak-pihak yang berkepentingan (tidak, saya tidak sedang bicara tentang Public Relation he3x). Untuk banyak orang, blog telah menjelma menjadi "sanctuary", "a happy place", dimana mereka bebas menulis apa yang mereka mau, blog menjadi kepanjang-tanganan jatidiri mereka (mirip seperti tanda-tangan, seperti sidik jari), dan ide itu terlihat sangat menarik buat saya...
So, Selamat Datang di Sayapunya Blog (SDSB, maksa yeee), kenapa anda harus baca blog saya? siapa yang mengharuskan juga? kenapa anda harus suka dengan blog saya? saya juga tidak mengharapkan tuh. Anda mau suka silahkan, mau benci? Gak papa, yang pasti blog ini jujur, apa adanya, tidak dibuat untuk memihak atau menyudutkan pihak-pihak tertentu, apapun yang keluar dari blog ini semua-nya subyektif (ha3x), karena semuanya mencerminkan "saya", Blog ini adalah saya didalam hari-hari yang saya jalani, that's why it's called Trey Days...

MY BIGGEST FEAR : THE FUTURE!



Why do I suddenly come up with this topic?

Well, it was all started a few days a go, when my office (an advertising agency) brought
a session about qualitative research, it's about how to successfully dig out information from an
interview session, how to get the right answer that you want, things like that...at the middle
of this small training, there was a role play to see if we could make someone to tell about
certain things by building up questions to them, so I was volunteered, I then played a role as an
interviewer and one of my colleagues as the interviewee. as we both sat down, the
trainer whispered me that the inteviewee must be able to explained about her "biggest fear"
The thing is i just cant ask her abruptly "hey, what is your biggest fear in life?" i must
dig out ask whole bunch of other things first, before it went sharp to the "fear" subject,
long story short, i didn't get to make a good structured question, instead i went randomly asking
things like how do feel about snake, is the idea of being in a certain height level scared you, what
if your boyfriend left you, what if you loose your job and stupid questions like what if you were
bitten by a tarantula, and what did u do if u see a rat or cockroaches.

Meanwhile, I ask you, have you experienced this situation?:
on a rendezvous with old friends, say from high-school, after 5 or 10 years
later, you notice that someone sooo cool, or so rich, or so beautiful, they turned out to be : nobody, they
maybe jobless, their marriage fallen apart, become sooo fat or simply ugly, while the other group of
nerds and so called "not-so-cool" kids had flourished into successful businessman, some of them change
their glasses with contact lense, have a trendy haircut, holds own successful company, and great family too
and you tell yourself :Phew! who know what the future holds?, aaaaanything can happen!

Though not everyone can tell what their biggest fear is, I could without a doubt tell you my biggest fear :
THE FUTURE!. Yupe, there's nothing more scary than the FUTURE, simply because, you dont know
what the future holds, it is unpredictable and sometimes gone totally out of your control.
First, I thought maybe it's because the uncertainty that surrounds me, such as : I'm still running my career,
I'm not sure if I'm really really good in my career, it might happen when one day I screw everything up and got kicked out of
the office?, I also dont feel financially stable yet, I do make money but I have shitloads of bills to handle too, what
if I'm financially ruined?, what if my loved one left me?, what if all my close friends hate me?, what would I do?
I know you can make plans, you can design your life with a future plans, like what age you should be married,
how much money you should have when you are 40, and then u can start to join life insurance, pension plan etc,
well hey, you can plan everything, but u should not forget, none of 'em are guaranteed to work,
because what's lying in the future, they're all kept in a box named : mystery!

So friends, that is the biggest fear in my life, I'm not pesimistic though, bcause by knowing that I can lost my job anytime, Im trying to
focus and give a thousand percent commitment to it, By knowing that i can lost every penny that I have,
I become more cautious with money, Im saving, and invest some of 'em, I have pension plan going, and
try to be wise about money. Knowing that people might hate you, Im trying my best to be assertive, and
appreciate everyone 'round me. So when I picture the worst thing I dont want to happen in my life, like
got fired, got dumped, got sick, etc actually keeps me prepared, and makes me mentally tougher than people who are
not prepared for the worst, and it also grows me seeds of thankfulness to God that I have such a blessed life

Im nervous though, but I hope it's a good nervous
Hope we have a great future, the one that we always wanted.