Sabtu, 18 April 2009

Old Office Building VS New Office Building

Hey there people, I've pre-occupied lately with work & ...facebook!. I can barely spare time to write anything, well...Just a quick update : I left my job in that prominent advertising agency and moved to what they call = the client side, doing brand activation. But that's not the point offcourse. I just realized that people are always comparing, like how many times you compare cell-phones before you finally get the right one, compare clothes, restaurants, plane fare, ex-lovers. Why? I dont know and Im not going to play amateur psychologist to reveal why people make comparison...I want to show the difference between Plaza Bapindo & One Pacific Place (those are buildings, for those of you who havent heard)

Plaza Bapindo

Location : 
Just across senayan sport complex, you'll have the privillege to be first to know if soccer fans are going to block your way home
Entrance : 
Simple, spacious, separated perfectly for cars, motorcycles, people, and monsters (monsters get inside from everywhere)
Exterior Look :
Modern yet ellegant, white marble for flooring and very specific blue-green color for glass window, signs & other accentuation.
Interior / Lobby : 
Spacious with High ceiling, literally empty...
Parking : 
Love it!, simple lay out, wide enough for even the biggest car in the world, perfect for disoriented people who forgets where they parked all the time
Food Court : 
Much better than...say, mall ambasador's food court, it's clean & provides TVs (very important!), pricey though!
Smoking Area : 
Secluded in the basement, quite comfy though, but people just smoke in the emergency stairs...
Security Guard's hospitality level :
 7-8
Access to / from location : 
only from jalan sudirman, 10 minutes to Senopati Area
Free Shuttle Bus :
to FX and senayan city (but dont expect the senayan city shuttle)
Fascilities :
1. Ballroom, the best sholat jum'at venue ever!!!
2. Indomart, tukang pulsa, Barber Shop, Money Changer, Guardian, some 5 star restaurants
2. Best Bazaar ever!, regularly, Nike, MAP group & office wear clothing would have their annual sale here. usually before holiday, we can get jack nicklaus shirt and polo from as little as IDR 50.000

Pacific Place

Location : just at the heart of SCBD area, in a mega-block called One Pacific Place
Entrance : Mesti muter dulu kalo masuk dari Sudirman, hati2 salah masuk karena ada 2 entrance yang nyaris tiada bedanya untuk masuk ke Mall
Exterior Look : Contemporary-modern, grayish, using a lot of glass and dark flooring
Interior / Lobby : Small but cozy, with couches, and we have Ferrari showcased here!
Parking : Damn, You need atleast 3 months adaptation! i rather took the busway!
Food Court : 2 foodcourt in parking area 1 & 2, offcourse I dont count what's on Pacific Place mall yah...
Smoking Area : Outside the lobby, clean and outdoor...overlooking polda metro jaya (rasanya amaaan bgt hahaha)
Security Guard's hospitality level : 9, because they helped me pass trough the entrance when my access card wasnt ready
Access to / from location : 7 on them to sudirman, senopati, gatsu, tulodong etc. also access to Ritz Carlton, and pacific place mall, using only 1 elevator
Fascilities :
1. Free view of Ritz Carlton swimming pool & park
2. You can have bengawan solo coffee or sour sally and beard papa anytime you want!
3. Many elevators but took me more than 20 minutes to take money from atm BCA, and buy cigarette...:-(
4. Just visit pacificplace.com (hehehe)

Minggu, 11 Januari 2009

PINTU TERLARANG **** (mystery, thriller - full with metaphores & analogy, surprising ending!)

official website : www.pintuterlarang.com

First of All...

Happy New Year 2009

Hope you had a great one...

Let's start this new year with no resolution, yeah screw resolution!

Betapa bahagianya gue karena mengawali tahun 2009 dengan sebuah undangan screening "Pintu Terlarang", thanx to a friend who brought me there.

Sebelum gue berkomentar tentang film ini, harus gue bilang kalo I'M A HUGE FAN of JOKO ANWAR. So you'll know how this review will end up.

Film ini diangkat dari novel Sekar Ayu Asmara dengan judul yang sama. Thank god gue belum baca novelnya sehingga gue bener2 clueless dengan plotnya, which is great, karena gue bisa menikmati keterombang-ambingan di awal-awal film sampai sebelum jawabannya terkuak dimenit-menit terakhir.

Seperti biasa Joko's signature style bisa kita lihat difilm ini, style art direction ala spionase macam Sherlock Holmes, dan juga Dick Tracy. Kesan retro 50s until 70s tergambar hampir disemua film-nya walaupun setting waktunya tidak selalu berlatar di tahun-tahun lawas.

Film dibuka dengan adegan pameran patung Gambir (Fachry Albar, Kala) yang sukses besar sebagai pematung yang karyanya diapresiasi dengan luar biasa, seperti juga hidupnya yang sempurna dengan istri yang cantik, Talyda (Marsha Timothy) dan sahabat-sahabat yang slalu mendukung, Dandung (Ario Bayu, Kala) dan Rio (Otto Djauhari)

Hidup Gambir seperti tidak pernah berpusat pada dirinya sendiri. Ia selau dikontrol oleh orang-orang disekelilingnya tanpa disadarinya, Ibunya (Henidar Amroe) dan Koh Jimmy (Tio Pakusodewo) termasuk yang secara terang-terangan mencoba mengatur hidup Gambir.

Diri Gambir yang rapuh, selalu mencoba mencari jawaban akan segala hal, namun langkahnya justru dihalangi oleh orang-orang terdekatnya. Hubungan Gambir dan Talyda juga digambarkan aneh, terlebih pada saat Gambir tidak sengaja menemukan sebuah Pintu dirumahnya, istrinya melarang dia membuka Pintu itu "jangan buka pintu itu Gambir, kalau sampai kamu buka pintu itu, kamu akan kehilangan segala-galanya" katanya. Suatu saat Gambir dihantui dengan hadirnya sosok anak kecil yang meminta pertolongan. Petunjuk demi petunjuk membawanya ke Herosase, sebuah analogi aneh tentang sebuah tempat dimana semua jawaban yang anda cari akan didapatkan, dengan satu syarat : tidak boleh ada pertanyaan!. Disana Gambir menemukan ruangan dengan satu set televisi, yang menayangkan gambar dari kamera tersembunyi yang dipasang secara diam-diam di rumah-rumah orang (gila kan?).

Di Herosase ini lah Gambir mendapatkan fakta tentang seorang anak berusia 9tahun yang disiksa oleh orang tua-nya. Anak tersebutlah yang selama ini "menghantui" Gambir dan minta pertolongannya. Gambir berusaha mencari tahu keberadaan anak itu, sayang Gambir gagal menemui seorang wartawati yang juga tengah mencari informasi mengenai kasus penganiayaan anak malang itu. Di Herosase pula Gambir diperlihatkan tentang apa yang selama ini tidak ingin diketahuinya, kenyataan tentang kejahatan dan kebengisan orang-orang terdekatnya.

My best scene comes when Gambir killed everyone while having christmas dinner. Whew... the blood and the mess reminds me of scenes from "Dara".

For those of you who thought this is a thriller/horror flick you're WRONG! Dead wrong!. This moviehas everything : the mystery the thrill as in creepy thriller movies, and also it's SURPRISING ENDING!. this movie is soooo Joko. Love the script, love the ending, love the retro props (sangat khas Joko), love how Fahcry Albar portrayed as a weak-indecisive man but when the blood splashes to his face, you'll know he's cold blooded.

Gue gak akan kasih tau endingnya, karena sama aja dengan membuka "Pintu Terlarang", Hahahah...but for sure, when it comes to Joko Anwar, you know it's damn perfect!



Rabu, 17 Desember 2008

Kesadaran dari Tukang Bubur Ayam

Disebuat sudut dekat gedung Landmark di Jalan Jend Sudirman, tukang bubur ayam mengajarkan tentang peduli lingkungan. Jauh sebelum Al Gore berkoar-koar tentang kebenaran yang menakutkan dalam film dokumenternya, Bang Ade - sang penjual bubur- sudah menyadari bahaya global warming.

Setiap ada pelanggan yang mau take-away pesanannya, bang Ade selalu bertanya, mau sytrofoam atau bungkus kertas?. Keputusan yang sangat bijak pikir saya, karena pelanggan Bubur Ayam Bang Ade selalu menyemut tiap pagi, bahkan mereka harus rela menunggu sampai setengah jam lamanya agar dapat dilayani. Kalau ia menggunakan pembungkus styrofoam saja, tentunya ia menjadi penyumbang sampah -yang tak dapat terurai selamanya itu- dengan jumlah yang cukup signifikan tiap harinya.

Mungkin Bang Ade tahu kalau es di kutuh utara mulai mencair, dan styrofoam bukanlah sebuah pilihan bijak untuk membungkus buburnya yang lezat. Hebat, pikir saya, salut buat penjual bubur ayam yang ternyata wawasannya tidak terbentur pada suwiran ayam, lada, dan bawang goreng. Saya pun tergelitik untuk bertanya kenapa dia bisa sangat peduli dengan lingkungan, padahal styrofoam tentunya lebih praktis dan tidak mahal. Saat seorang pengunjung memesan untuk dibawa pulang dan Bang Ade menawarkan pilihan kertas makanan atau styrofoam, saya pikir saat yang tepat untuk mendengar pemikiran hebat tentang lingkungan hidup dari seorang tukang bubur, saat akan membuka mulut untuk bertanya, salah satu pengunjung yang datang berdua tadi bertanya pada temannya, kenapa tidak pakai styrofoam, sedikit kesal saya memandang wajah orang tersebut, lalu Band Ade pun menjelaskan bahwa wadah styrofoam terlalu kecil untuk menampung kerupuk dan emping yang menggunung.
Saya pun langsung speechless, ternyata alasannya jauh dari issue2 tentang global warming.
Tapi ya sudahlah, lagipula tidak butuh alasan macam-macam apalagi yang berbau heroik seperti penyelamatan lingkungan untuk sesuatu yang sudah baik adanya

Minggu, 14 Desember 2008

Before You Say : I Quit...

People come and go, and only some of them stay in your heart forever. Mungkin istilah yang tepat bila saya bawa kalimat tersebut ke dalam konteks pekerjaan. Banyak orang keluar masuk dalam suatu perusahaan dan hanya sedikit yang bertahan hingga pensiun. Mungkin karena itu juga sebuah perusahaan boleh berbangga bila banyak karyawan yang betah. Apalagi bila karyawannya puas dan bangga serta dapat membangga-banggakan perusahaan tempatnya bekerja kepada sanak-saudaranya. Tapi jangan salah, Rene Suhardono pernah bilang : zaman sekarang orang tidak lagi loyal kepada perusahaan, tetapi pada profesi. Jadi kecuali seperti generasi ayah-ayah kita yang bekerja di Pertamina dan bangganya luar biasa, semakin kesini sudah jarang orang membela mati-matian tempatnya bekerja. Mereka lebih mementingkan karier profesionalnya dibanding tempat kerjanya. Seorang akuntan akan tetap jadi akuntan meskipun sudah 7 kali keluar masuk bank yang berbeda. Seorang wartawan akan selalu jadi wartawan meskipun dia bekerja di 3 majalah yang berbeda sebagai freelancer.

Lalu apakah resign menjadi sesuatu yang biasa saja dewasa ini?Alasan karyawan untuk resign atau mengundurkan diri atas dasar keinginan sendiri menjadi sangat subyektif, saat seseorang resign tidak serta merta yang lain beranggapan pasti dia resign karena tidak cocok dengan gaji, atau dengan kebijakan manajemen atau tidak suka dengan cara kerja di perusahaan tersebut. Mungkin ada juga yang beranggapan "you'll be sorry to leave this company, this is one hell of a company..."
Seorang teman datang kepada saya dan menyatakan ketidaksanggupannya untuk bertahan diperusahaan tempat saya bekerja, katanya ia mau pindah ke tempat yang lebih baik. Katanya yang dicari tidak ada di perusahaan ini. Ketika saya tanya apa yang dia cari? Dia menjawab : Oil & Gas company, sambil matanya berbinar-binar betapa hidupnya akan bahagia bila bekerja disana. "Pokoknya udah paling the best deh klo gue bisa tembus ke Oil & Gas" katanya. Saya rasa pertanyaan saya tentang apa yang dia cari tidak terjawab & I think, there's no such thing as the best company. Yup gak ada itu...Siapa yang bisa menjaminAnda akan bahagia bila bekerja di perusahaan X?. Kebahagiaan dalam hidup tidak selalu datang dari hal-hal yang dapat dilihat atau dihitung, begitu juga dalam perusahaan. Banyak dari kita yang membayangkan enak juga kali ya bisa kerja di perusahaan consumer goods yang produk pasta giginya dipakai hampir semua orang di Indonesia itu, yang punya mini gym, day care centre, dengan bonus tahunan yang jumlahnya spektakuler. Tapi salah satu kolega pernah bilang bahwa kerja disitu tidak seenak yang dibayangkan, "ribet lagi, politiknya, orang-orangnya, temen gue sampe resign tuh" wah-wah...
Setelah saya merasakan bekerja dan resign lalu bekerja lagi - walaupun baru di beberapa perusahaan - saya rasa yang membuat seseorang betah di satu kantor itu sangat multi faktor. Juga, hal yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti, sangatlah beragam. Saya pernah membaca email berantai yang kebetulan isinya menarik, disitu dikatakan bahwa faktor utama seseorang resign bukanlah masalah besarnya gaji, atau jam kerja yang panjang atau kebijakan perusahaan yang berbelit-belit, atau bahkan politik kantor yang kejam. Tetapi yang utamanya adalah faktor lingkungan terutama Bos yang tidak simpatik, atasan yang galak yang membuat seorang karyawan tidak betah bekerja. Well, lagi-lagi menurut saya itu sangat multifaktor, bisa jadi benar, bisa jadi juga tidak. Apakah bos yang super baik didalam company yang nyaris bangkrut bisa membuat seorang karyawan tidak segera resign demi menyelamatkan kariernya?. Yang saya tahu, lingkungan memang punya peranan penting, bahkan sangat penting dalam karir seseorang. Saya tidak mengatakan ini tanpa sebab. Karena saya pernah merasakan dan mendengar cerita dari teman-teman juga betapa lingkungan yang akrab, dan penuh kekeluargaan membuat seseorang lebih nyaman bekerja. Jangan tanya soal persaingan, saking senangnya bekerja, sampai lupa kalau kita bersaing satu sama lain. Disini peran atasan langsung sangat penting, Bos harus bisa memotivasi karyawannya (catat : motivasi tidak selalu dengan uang, jabatan dsb). Bos yang tenang, bisa mengatur emosi, menghormati karyawannya dan tegas namun fair adalah bos yang akan dihormati karyawannya. Intinya satu nih bos, you have to manage ur subordinants to respect you than to be scared for you. Seorang karyawan yang punya hubungan tidak harmonis dengan rekan kerja lainnya biasanya tidak akan cepat memutuskan untuk resign bila ia mempunyai hubungan yang baik dengan bos-nya.

Gaji atau Reward?
Ini dia nih, yang sering jadi polemik. Sering kita dengar "gue mau resign aja ah, gue dapet tawaran kerja dengan gaji yanglebih gede di perusahaan sebelah". Mungkin banyak yang mempersoalkan gaji sebagai alasan seseorang resign dari kantor, tapi apakah benar gaji besar bisa membuat seseorang tidak akan lari?. Di zaman materialistis seperti sekarang, gaji memang penting, simply karena memang kita harus hidup dan hidup itu butuh listrik, butuh makan, butuh internet, butuh travelling, dan segala kebutuhan lainnya yang semakin boros. Tetapi banyak yang lupa bahwa yang menggaji Anda adalah diri Anda sendiri (entahkenapa kalo dibawakan dengan gaya Mario Teguh kalimat ini akan terasa lebih dahsyat). Yupe lagi-lagi kata Rene : You Eat What You Kill. You deserve to get the reward if you performed well and done the job exceptionally. Sayangnya banyak orang yang mengeluh, Gillaaa gue kerja udh mati-matian tapi gaji segini-segini aja, tanpa melihat lebih dalam apakah dia sudah melakukan kontribusi yang signifikan bagi perusahaan. Cari deh perusahaan yang memberi Reward yang baik instead of perusahaan yang memberi gaji and that's it. Reward yang paling sederhana adalah pujian, lebih jauh lagi bisa berupa insentif, performance-based bonus, kenaikan gaji, atau pun kesempatan untuk meraih tangga karir yang lebih tinggi yang sudah dipersiapkan dengan jelas. Bila perusahaan anda pelit memberi insentif atau bonus, jangan langsung resign, lihat career laddernya, lihat reputasi perusahaan anda, apakah ia cukup diperhitungkan di industry sejenis? apakah ia rajin memberi training? apakah ia peduli dengan career development para karyawannya?. Kadang reward yang kita terima tidak langsung terasa manfaatnya sekarang, tapi dimasa mendatang

My point of view about COMFORT ZONE
Banyak orang yang bilang kalau anda sudah merasa sangat nyaman dengan pekerjaan sekarang, merasa sudah expert, lingkunganmenyenangkan, jarang mendapat masalah, anda sedang berada dalam bahaya bernama Comfort Zone. Cepat-cepatlah cari tantangan baru dengan mencari kemungkinan untuk pindah bagian yang lebih menantang atau anda akan 'stuck' disana selamanya, mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi rutinitas yang lama-lama bisa membunuh motivasi anda bekerja. Well menurut saya yah, gak ada salahnyadengan comfort zone lho! Secara alamiah aja, kita lihat orang yang mudanya suka hura-hura, urakan, bergaul sebebas-bebasnya, pada akhirnya end-up berkeluarga dan mencari kedamaian dengan hidup lebih teratur. Menurut saya tidak ada salahnya kalau anda sudah menemukan comfort zone anda sekarang dan tidak berniat mencari pekerjaan atau tantangan baru lagi. Tidak usah takut, Anda tidak dalam bahaya, bahkan saya harus memberi anda selamat, karena banyak dari kita yang mendambakan pekerjaan yang lebih settle yang bisa dikerjakan dengan tenang dan tidak sampai merenggut waktu untuk kehidupan pribadi. Tetapi yang perlu anda ingat, jangan sampai semangat anda kendur, atau sedikit demi sedikit kehilangan motivasi, kalau sudah begitu anda harus membangkitkan gairah dalam kehidupan karir anda. Caranya bisa bermacam-macam mulai dari sekedar membayangkan lika-liku perjalanan karir anda hingga bisaseperti sekarang sehingga anda merasa bersyukur, ikut pelatihan dan seminar yang bisa meningkatkan keahlian Anda, sampai mengembangkan diri anda sejauh yang anda mampu kepada orang lain, misalnya membuat training kecil-kecilan untuk teman-teman kantor. Dengan kata lain Anda membuat diri Anda terus memiliki arti bagi perusahaan dan orang lain.

Tanggung Jawab is a good thing!
Seorang teman yang menyenangkan mengeluhkan betapa ia harus mengerjakan semuanya seorang diri, ia menyalahkan bos-nyayang terlalu banyak men-delegate, yang satu lagi letih karena ia melakukan sendiri pekerjaan yang harusnya dikerjakan oleh 2 orang.I tell you one thing : bila ada seseorang yang mempercayakan anda sedemikian besar tanggung jawab, you have to thank God for that. Jangan mengeluh dulu dengan tanggung jawab yang makin besar, seseorang tidak akan membiarkan anda memikul tanggung jawab yang besar bila Anda tidak dapat dipercaya. Meskipun Anda merasa diperas, di eksploitasi tenaga dan pikirannya, dont yet complain. Do you know how much respect you'd be getting from others if you're able to accomplish your complicated duties?. Percaya deh bos Anda atau klien Anda akan tambah respect sama Anda setiap kali Anda berhasil mengerjakan sebuah mission impossible yang pada awalnya Anda pikir tidak akan sanggup Anda kerjakan. So tahan dulu rengekan dan keluhan, jalani semua dengan sepenuh hati, keluhan hanya akan membuat Anda tidak ikhlas mengerjakan tugas-tugas anda. Ask not what the employer can give you, ask how much of contribution you can give to your employer, and you'll get what you deserve eventually.

You should Quit when...
OK now you're ready, surat resign sudah ditangan, anda menuju meja atasan dengan langkah mantap. Saat anda berikan resignation letter itu, Ada perasaan yang membuncah, seperti ada beban 1 ton yang lepas dari pundak Anda. Anda merasa sangat tenang dan damai seperti sedang yoga. Tapi begitu Anda menengok ke belakang, menghirup aroma ruang kantor Anda, melihat wajah-wajah rekan kerja - beberapa sudah jadi sahabat Anda, beberapa masih ingin anda tonjok - , Lukisan di pojokkan ruang, gebetan seksi di bagian akunting, sapaan ramah resepsionis...lalu Anda teringat malam-malam penuh ketegangan yang diisi dengan rapat mendadak dan lembur berkepanjangan, bos moody yang selalu menyalahkan apapun yang Anda kerjakan, makan siang di meja, file-file berantakan, internet down, rekan kerja berisik, dan anehnya...Anda tersenyum mengingat itu semua. Jangan, jangan batalkan niat anda memberi surat pengunduran diri Anda, karena selalu ada sindrom pra-resign seperti itu, dimana begitu Anda mau resign, tiba-tiba segala perasaan gundah dan stress itu tiba-tiba lenyap. Sebenarnya itu dikarenakan beban anda sudah hilang, Anda tahu Anda tidak akan bekerja lagi disana sehingga hari-hari terakhir Anda terasa sangat ringan dan menyenangkan.
Saya kasih tips ya, resign lah kalau...
1. Pekerjaan anda doesn't seem right.
Ini subyektif, seperti saya yang bersumpah tidak akan bekerja di bank di bagian credit card, alasannya karena mereka semua penipu, Ayah saya pernah terlibat hutang dan diteror oleh debt collector, menurut saya itu praktik bisnis yang kurang beretika). Tanya sama diri Anda, apakah pekerjaan ini sesuai dengan value-value yang anda pegang teguh?. Karena bekerja adalah ibadah, anda harus yakin dulu dengan pekerjaan anda, kalau anda ragu, anda merasa perusahaan anda kotor? Keluarlah.
2. Pekerjaan anda mempengaruhi kepribadian Anda.
Percaya atau tidak ada pekerjaan yang merubah pribadi seseorang menjadilebih buruk. Jangan buang waktu lagi, bila anda sudah tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, anda menjadi emotionally unstable atau Anda menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya, segera hengkang!
3. Pekerjaan Anda menyita waktu Anda untuk menjalankan kehidupan pribadi.
Sorry ini hanya pendapat saya pribadi. Perusahaan mungkin senang punya karyawan workaholic, tapi bagi saya, bila sampai Anda tidak punya waktu untuk ngopi-ngopi bersama teman, atau tidak bisa melakukan hobi yang Anda suka karena harus bekerja then you should get out, get out, get out.
4. Anda memang tidak cocok dengan pekerjaannya. Mungkin memang sudah salah dari awal, Anda yang doyan ngomong tiba-tibaharus jadi pegawai bagian admin yang berkutat dengan data. Lama-lama Anda muak juga dengan angka-angka sebagai akuntan yang mendambakan kerja di bagian marketing. Yah mau bagaimana lagi, kalau anda tidak bisa nge-blend dengan pekerjaannya seperti air dan minyak, segeralah cabut, tapi ingat jangan membuat anda seolah-olah tidak cocok dengan pekerjaan anda padalah Anda sebenarnya mampu, hanya saja Anda manja. Kenali dulu potensi diri, percuma kan banyak tes-tes penelusuran minat dan bakat di luar sana.
5. Tawaran yang lebih baik ditempat lain. Tapi Anda harus ingat, pekerjaan bukanlah karir, karir adalah serangkaian jejak perjalanan yang Anda torehkan di dunia kerja , dan pekerjaan hanyalah alatnya. Pikir lebih jauh lagi apakah memang tujuan anda berkarier memang selayaknya membawa Anda ke tempat baru itu?. Apakah sesuai dengan career path yang anda jalani atau malah melenceng? Kalau melenceng, apakah melenceng untuk yang lebih baik atau tidak? Apa yang kira-kira dapat Anda raih di tempat baru tersebut. Sebelum memutuskan pindah ke tempat yang lebih baik, Yakinkan bahwa tempat itu memang lebih baik - untuk siapa? - Untuk karier Anda tentunya.

The Grass is always Greener on the other Side
Sampai kapanpun, rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Perusahaan tetangga di gedung sebelah selalu terlihat lebih menarik. Itu karena kita melihatnya dari jauh. Faktanya setiap perusahaan mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri, salah-salah bukannya lebih nyaman, bisa jadi perusahaan yang kita idam-idamkan ternyata lebih buruk keadaannya dari kantor lama. Kalau sudahbegitu penyesalan akan terjadi belakangan. that's why there's no such thing as the best company, yang ada adalah the best company for yourself yang artinya buat sebagian orangperusahaan tempatnya bekerja bisa jadi tempat yang terbaik baginya dan akan ditempati selama mungkin ia mampu. So before you say I Quit...think again about it.

Ayam Goreng Kampung: WARISAN Ibu

Itulah nama lengkap restoran yang terletak di pinggir jalan Wolter Monginsidi, Jakarta selatan ini. Dari sekian banyak restoran besar-kecil, murah-mahal, enak-biasa aja, Warisan(begitu biasa disingkat) cukup mencuri perhatian saya yang selalu craving for local food. Didukung nama besar koki Rudi Choiruddin sebagai salah satu owner, rasa penasaran saya makin menjadi-jadi untuk segara melahap menu-menu yang disediakan Ayam Goreng Kampung Warisan Ibu. Dari luar ada pemandangan yang cukup unik, yaitu peletakkan dapur di depan restoran yang semi terbuka, apa ini salah satu warisan Ibu moyang kita yang mengajarkan sebaiknya dapur diletakkan di bagian depan rumah? Kurang tahu juga ya, yang pasti untuk anda yang gila hygiene, kuat-kuatin hati supaya gak ilfeel. Buat saya sih gak masalah makanan yang baru dimasak terkena sedikit angin sepoi-sepoi jalanan yang sering dilewati Kopaja, yang penting masakand atang dalam kondisi matang sempurna dan... enak! hahaha...
Segera saja menyisir menu yang disodorkan, rata-rata masakan Indonesia dari tanah Sunda dan Jawa seperti Gurame goreng dengan macam-macam saus, sayur asem, tahu telur, dan tentu saja Ayam goreng kampung. Seperti tulisan awal di blog ini bahwa saking beragamnya jenis masakan Indonesia, menu sederhana seperti ayam goreng jugabisa tampil beda, hayo tebak karena apa ia bisa tampil beda? Karna sambel nya?
Yak seratus buat anda.
Disaat hujan rintik-rintik menghiasi, saya putuskan untuk memesan gurame goreng dengan 2 sambal : Warisan, dan Penyet. Ternyata well done sodara-sodara. Disini sambalnya memang menggugah selera, you name it, mau sambal Warisan Ibu, sambal penyet-penyetan, dan lain-nya dibuat dengan presisi tinggi menggunakan bahan baku segar. Mungkin tidak sepedas yang anda mau, tapi pastinya menerbitkan selera! Kalau Andabelum pernah coba, saya harus mengasihani Anda, karena Ikannya digoreng kering pas dan sambalnya tidak perlu diragukan lagi. Sambal penyetnya bernuansa terasi dan sambal warisannya pedas-gurih bergaya padang di siram hingga menyelimuti ikan gurame (siapa yang tak tertarik melihatnya). Mungkin seorang koki sebesar Rudi menyadari, bahwa tidak ada yang lebih nikmat dari masakan Ibu sendiri, dan sejago-jagonya seorang koki, siapa yang tidak kepincut dengan nostalgi makanan rumahan yang meskipun sederhana tetapi selalu menggugah selera. Menu lain seperti sayur asem tampil manis dan segar dengan bumbu yang aduhai, Tahu telur-nya juga bisa diadu dengan restoran besar yang lebih dulu terkenal dengan tahu telurnya yang menurut saya lebih mantap di Warisan karena tidak terlalu manis. Minuman-minuman khas Indonesia juga hadir dan layak dicoba, seperti es podeng, es cendol, es tape dengan sirup coco-pandannya yang segar dan unik, serta aneka juice, semua dibuat dengan serius. Bila tempatnya direnovasi sedikit, dan kapasitas ditambah, saya rasaSate Khas Senayan harus siap-siap tersaingi :-).

Kamis, 23 Oktober 2008

Passion VS Paycheck

Many people got "slapped" on the face since the "Lentera Jiwa" episode came out in Kick Andy Show, including me!. People are questioning (again...) is this the kind of life that I want? Is this the job that I really like? that I really want to do for the rest of my life?. Why do I feel very comfortable about what I do for living, I have the skill, the power, and barelly have challenges left...and the scary part popped into our mind = What is my contribution to the world?.

Phew, that last question is quite hard to answer, since not everyone is doing something for world peace, or to stop whale hunting, and making miraculous descision to end the middle-east fight.

So let me get back to me, since this is my blog ya...I haven't been really the kind of person who chase my dream of having an off-mainstream job, living in an almost too good to be true life. Well, who wouldn't want to be a famous singer-song writer who sold millions of records, who lives by the beach, surf everyday, having coconut pudding, and mango smoothies for breakfast like Jack Johnson? Boy, what a life! Not only he can do things that he really likes, he also made contribution to environment, making song about recycle and stuff & even his environment fund-raising campaign went well.

No matter hard I wish, I'm still just a regular guy, living in a big city, doing account management in Advertising Agency for living, not listed in any environmental organization, doesn't care about urban people social problem ( because thinking about my OWN social problem is quite distracting). All I know is that I gotta find a job to survive this mean world, to pay my shitloads of bills, to have fun sometimes, and thats it.
What do I know about passion? I am just too scared to go with my passion, since It may not seem real. Am I a coward! Yep, I chose to be this ordinary because I'm scared to be edgy.

I hate risks.

So Advertising is not my passion? Unfortunately yes. I've this 'thang' for advertising. I dont know why, but it seems like such fun (until i worked and felt the stress). But the road wasn't always smooth. Before I'm in the game, I was held up as a customer service officer in an express shipping company, boy! I had a handsome living. They have this incentive scheme which made paycheck doubled up or even tripled every month!. But then under the name of "passion" and "comfort zone", I had an affair with the HR Dept of a prominent Advertising Agency. I had the "oh-god-thank you-thank you" moment when I finally got the job. I thought yupe, my Kick Andy moment has finally arrived.
Or soo I thought, after really jumped in to the industry, I like it, it's very dynamic and fluid and also full of areas to be creative -even in Client Servicing - but, the enjoyment cant cover my being stressed when I realized that I really have to cope-up with the salary.
It's not like is not that good, it was not bad actually, but my previous job made it clear that I was living a manager's paycheck though I'm only the smallest fish in that pond. I even managed to get me a crib - though just a tiny one - but my lifestyle is turning upside down when I started to pay for my mortgage. Really, I hardly could make ends meet. I cant buy things or do stuff that I can usually do without hesisating whether I have enough cash or not.
So I guess, following your passion doesn't necessary mean that you can get a pretty pay check. I begin to questioning again about that passion, the guide to your soul that makes you really want to live this life. I thought what a crappy concept!.
Yup thats the end of my writing. I know it's crappy, as crappy as what I've explained, maybe crappier, or even the crappiest crapp you'll ever read in your crappy-crappy life

Kamis, 09 Oktober 2008

REGAL COFFEE FACTORY

Sebenarnya saya tidak terlalu doyan ngopi, karena entah mengapa selalu membuat perut terasa tidak enak sesudahnya (mungkin bukan salah kopinya, tapi karena kebanyakan rokok yang selalu hampir selalu menyertai ritual minum kopi, sehingga membuat saya mual...). Tapi yang pasti, tempat ngopi baru selalu menggelitik rasa ingin tahu saya, tidak selalu karena kopi-nya, bagi saya yang "suasana" oriented, sekadar duduk-duduk sambil leyeh-leyeh di sofa sudah cukup membuat senang.

Motivasi itu juga-lah yang melabuhkan saya di Regal Coffee Factory di Pacific Place Mall, disuatu sore yang cerah...Karena bosan dengan kopi yang menurut saya 'begitu-begitu' saja, akhirnya saya mencoba icip-icip hidangan beratnya. Pilihan jatuh pada Turkey sandwich dan Nasi Goreng Kampung, di tutup dengan a simple Chocolate Cake. Sempat muncul keraguan apakah sebuah coffee shop mampu menyajikan hidangan yang memuaskan diluar 'specialty'nya.

Pelayannya cukup helpful dan yang saya suka, saat ditanya lebih enak mana chocolate cake dengan chocholate mousse, dia menjawab : "saya lebih suka chocholate cake...!", saya senang mendengarnya dibanding bila ia menjawab "semua yang disini enak2 mas.." hahaha...



Turkey sandwich-nya tampil cukup sederhana dengan setumpuk potato chips sebagai alternatif dari kentang goreng. Dari gigitan pertama basically rasanya berpadu cukup harmonis, tidak greesy, segar dengan potongan lettuce dan tomat, serta gurihnya cheddar cheese dan tentunya tekstur turkey ham-nya yang pas, tidak over-cooked, cukup menyenangkan buat saya, meskipun kurang mengenyangkan.







Kemudian datang nasi goreng kampung yang tampil cukup malu-malu kalo tidak mau dibilang porsi diet...dilengkapi dengan ayam goreng dan telur mata sapi, entah kenapa ada embel-embel "Kampung", karena menurut saya rasanya lebih mirip nasi goreng jawa yang sarat terasi...Nasinya sendiri pas, tidak pulen, terasi-nya sedikit kebanyakan tapi masih bisa diterima. Ayam gorengnya gurih dan crunchy diluar namun empuk di dalam. Seandainya porsi nasinya ditambah sedikit lagi, saya tidak perlu mampir ke Mc Donald's karena masih kelaparan...



Penghibur hati saya yang sedang gundah pun datang terakhir, simple Chocholate cake yang juara, tidak terlalu manis, tidak terlalu moist, coklatnya pun terasa pahit-pahit sedikit, dan sponge cake yang terdapat di lapisan dalamnya juga menambah kekayaan tekstur dan rasa this chocholate cake yang baru saja menjadi 'comfort food' saya yang baru, suap demi suap pun berlalu, tak terasa cake-nya habis tak bersisa, begitu pula ke-gundahan hati saya.

Pacific Place Mall, 5th floor # 5-10, Kawasan SCBD, Jl Jend Sudirman Kav 52-53